Rabu, 28 Oktober 2015

Orang Muda... di mana tempatmu?

 (gambar: http://www.trentekno.com/11502/sumpah-pemuda-indonesia-dari-pemuda-untuk-bangsa/)

Sekian lama sudah bangsa ini menang dalam pertempuran berdarah. Tak terhitung berapa jiwa yang melayang kala itu. Jiwa-jiwa suci berkorban demi bangsa besar ini. Berawal dari mempertahankan harga diri separatisme menuju satu tujuan demokratisme. Jika kau tanya siapa korban-korban berjasa itu, akan terjawab mereka para leluhur nasionalisme. Di dalam kumpulan para korban itu ada di sana pemuda-pemuda pejuang, visioner dan pemeluk erat "fanatisme" kemerdekaan bangsa. Sebagian mengambil jalur pertempuran dingin, tanpa kekerasan dan tanpa gencatan senjata. Sebagian inilah yang menyusun rencana perjuangan menuju kebebasan sejati. Merekalah yang kita sebut saat ini sebagai pelopor Sumpah Pemuda, pejuang-pejuang muda berdedikasi tinggi dan penjaga citra bangsa.

Barangkali itulah yang menjadi tempat mereka, pejuang-pejuang muda bangsa ini masa-masa itu. Hanya memikirkan kemerdekaan dan kemerdekaan serta kemerdekaan. Merdeka sebagai tanah air yang satu, berbangsa yang satu, dan berbahasa satu, Indonesia. Mengikis habis nada-nada pesimisme dan meneriakkan kesatuan dalam perbedaan. Berbeda tetapi tetap satu! Itulah mereka, pemuda 1928. 

Pemuda-pemudi Indonesia kini di mana? Persisnya, di mana tempatmu? Tempatmu tidak hanya di bangku kuliah, tempatmu tidak hanya di perpustakaan, tempatmu tidak hanya di dalam pikiranmu, tetapi di dalam rakyat yang sedang mengalami derita. Derita yang berlabelkan kemiskinan, derita yang berlabelkan kemelaratan, derita yang berlabelkan penindasan. Derita itu bahkan disinyalir disebabkan oleh mereka-mereka yang menenggelamkan kemerdekaan kala itu. Derita ini, tepatnya, disebabkan oleh mereka yang kini berpangku kaki dan tangan dalam kesombongan. Penyabab ini mengalami sakit lupa yang tak tersembuhkan. Obatnya adalah kamu, ya kamu, Orang Muda, harapan bangsa ini.

Di pundakmu akan diletakkan tugas yang sama seperti para pejuang muda dulu. Maka siapkanlah dan kuatkanlah pundakmu itu. Engkau akan memikul sekian banyak persoalan bangsa ini dengan kreativitas dan bakatmu. Jawaban satu-satunya memerdekakan kembali bangsa ini dari tangan penjilat ludah adalah kamu, Orang Muda. Itulah tempatmu. Tidak mudah memang, tetapi engkau akan bisa menanggungnya dalam kebersamaan, dalam kebersamaan pola pikir, dalam kebersamaan pola rasa dan dalam kebersamaan pola tindak. Kobarkanlah semangat para pendahulumu dan lenyapkanlah segala kekuatiran bangsa saat ini. 

Salam cinta untuk bangsa, eng.,

Selasa, 27 Oktober 2015

“Sepertinya” SUMPAH PEMUDA itu kini dilanggar...




Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 pernah terlintas dalam sejarah dan kini hanya tinggal kenangan bangsa ini. Ini peristiwa sejarah yang unik, hanya terjadi sekali dan bisa jadi untuk selama-lamanya. Bahwa sumpah para pemuda ini sejatinya merupakan cikal bakal kelahiran bangsa ini, terbentuk dalam angan-angan orang muda hebat, lalu diikrarkan sebagai sumpah yang mengikat. Tidak hanya mengikat pemuda tertentu dari sekian banyak pemuda yang hadir saat itu, melainkan semua!

Jika melirik kembali peta dan sejarah peristiwa 28 Oktober 1928 itu orang akan mengetahui bahwa gerakan Budi Utomo (yang terbentuk 20 tahun sebelumnya) yang menginspirasi berkumpulnya para pemuda dalam pada itu. Tujuan gerakan Budi Utomo jelas, yakni memajukan dan membangkitkan masyarakat dan kebudayaan Jawa, terutama melalui pendidikan. Pengaruh gerekan ini amat kental, yakni munculnya banyak organisasi pemuda (Tri Koro Darmo – Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun, dan Pemuda Timor).

Meski demikian, gerekan yang paling gencar untuk mengumandangkan adanya persatuan ialah Perhimpunan Indonesia (PI). Ideologi PI tertuang dengan jelas, yaitu Kesatuan Nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit dan menciptakan kesatuan aksi, Solidaritas: tanpa melihat perbedaan antar sesama bangsa Indonesia, Non Kooperatif: kemerdekaan harus timbul dengan kekuatan sendiri, dan Swadaya: dikembangkan struktur alternatif nasional politik, sosial, ekonomi dan hukum. Maka berbagai rapat pun digelar untuk mewujudkan ide-ide cemerlang itu.

Pada tanggal 25 November 1925, organisasi-organisasi pemuda mulai berkumpul untuk membentuk panitia persatuan pemuda. Pada tahun berikutnya, tanggal 30 April 1926, diadakan rapat pemuda pertama yang dikenal dengan Kongres Pemuda I. Selanjutnya, pada tanggal 26-28 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda II. Inilah kesempatan emas yang dimanfaatkan untuk membacakan hasil pembicaraan dalam kongres itu. Hasilnya ialah “Sumpah Pemuda” yang dikenal hingga saat ini. Sumpah inilah yang di dalamnya dicantumkan BERTUMPAH DARAH SATU, BERBANGSA YANG SATU dan BAHASA YANG SATU, yaitu INDONESIA. Beginilah isi Sumpah Pemuda itu:

Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia.

Ada pengakuan akan tumpah darah yang satu, tanah Indonesia, ada pengakuan akan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan, ada junjungan akan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pertama,  Satu tanah air: menikmati hidup dalam satu wilayah yang sama, bertumbuh dan berkembang dalam tanah yang sama. Mereka sudah tidak memikirkan bahwa wilayah yang lain memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga mengundang kecemburuan sosial. Semua adalah milik bersama dan untuk bersama. Kedua, Berbangsa satu: terlebih dahulu menanggalkan identitas-identitas primordial seperti etnis, suku, dan ras. Doktrin-doktrin yang melekat pada suatu kelompok yang merasa memiliki perbedaan budaya, sejarah, maupun prinsip-prinsip hidup sendiri juga dicoba untuk dihargai dan dihormati karena memiliki rasa ”berbangsa satu”. Ketiga, Bahasa persatuan: sudah mempunyai sarana untuk mengikat persatuan mereka. Persatuan membutuhkan suatu komunikasi yang terus menerus >> Bahasa Melayu yang kemudian diangkat menjadi bahasa Indonesia tapi tanpa perlu meninggalkan bahasa daerah masing-masing.

Adapun nilai-nilai untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yaitu kebersamaan dan persaudaraan, toleransi, tanggung jawab dan disiplin diri, serta wawasan dan nasionalisme. Alasan nilai-nilai itu diterima tidak lain karena adanya kesamaan nasib (semangat pendorong dan mempererat tali persaudaraan). Sebaliknya, perjuangan individu justru akan memperburuk keadaan. Akan tetapi, tetap disadari bahwa Pluralitas adalah sebuah kekayaan penting bagi bangsa Indonesia ini. Maka di sini toleransi menjadi instrumen utama untuk mencapai suatu kesatuan. Sebab hasil dari toleransi itu sendiri ialah membentuk tanggungjawab bersama untuk mensukseskan janji Sumpah Pemuda.

Apa yang dapat dipetik dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu?

Sederhana saja, lihatlah, para pemuda itu sangat visoner dalam berpikir. Mereka membangun suasana keakraban saat berjumpa, memupuk persaudaraan, bahkan tak pernah mereka ‘mencungkil’ perbedaan yang mereka bawa masing-masing. Perbedaan tetaplah perbedaan, bukan untuk dijadikan alasan perseteruan, tetapi berdiri menatap masa depan sebagai bangsa yang satu, Indonesia. Para Pemuda 28 Oktober 1928 ialah pembangun bangsa, pengangkat harkat dan derajat bangsa, penyatu kepentingan rakyat dan teristimewa penjaga kerukunan, keharmonisan, toleransi bangsa. Ini semua yang sesungguhnya termaktub dalam sumpah itu. Namun, sumpah itu agaknya kini “dilanggar” oleh anak bangsa sendiri. Hukuman dari pelanggaran itu adalah kehancuran di mana-mana, dalam bangsa ini.

Kiranya menjadi refleksi untuk Anda, Anak Bangsa Indonesia...

Cinta untuk Bangsa, eng.,